Baru saja aku selesai makan. Menunya ikan bakar plus lalapan dan dua piring nasi. Apa?! Dua piring. Makanku banyak yah..
Pas liburan ini sangat banyak kesempatan untuk makan lagi dan lagi. Kalau sudah tidak ada kerjaan, makanan masih tersedia, bersegaralah aku menuju rak piring, menambil piring beserta sendoknya lalu mulai menyendok nasi di rice cooker kemudian mengambil lauk lalu duduk di meja makan. Setelah makan aku mengambil gelas, membuka freezer, mengambil kotak berisi es batu yang berbentuk kubus kecil-kecil. Mengambil sekitar
Kebiasaan meminum es ini kulakukan sejak kelas 2 SMP. Waktu itu aku menemukan alat, yah semacam plastic berukuran persegi panjang yang digunakan untuk mencetak es batu dengan cara menuangkan air yang akan kotak-kotak kemudian dimasukkan ke dalam freezer. Sekitar setengah jam air itu akan membeku. Awalnya aku hanya mencampur dua bongkahan. Lama kelamaan bertambah hingga akhirnya tidak puas rasanya kalau bongkahan es itu tidak memenuhi gelasku.
Di rumahku konsumsi es tidak seekstrim diriku. Bapakku suka minuman dingin, tapi tidak pernah menyentuh es batu. Bahkan belakangan ini beliau menerapkan aturan ketat untuk menunya. Beliau tidak makan daging, gorengan, dan makan nasi hanya seperempat piring, lalu mengkonsumsi jus dan buah-buahan. Mamaku setiap pagi mengupas wortel dan memasukkannya ke juicer untuk selanjutnya diminum. Begitu setiap hari. Adik laki-lakiku (Iyan) dilarang minum dingin karena daya tahan tubuhnya yang lemah alias saki-sakitan. Saat ini dia duduk di bangku kelas satu SMP.
Sebenarnya di keluargaku, dari garis keturunan Ibu, banyak riwayat penyakit asma. Tidak heran kalau anggota keluargaku melakukan control ketat terhadap makanan. Ketika aku kecil, aku juga sering terserang asma. Bahkan akrab dengan obat-obatan yang banyak, khas dokter spesialis. Namun, seiring bertambahnya umur, asma itu mulai sedikit menyerang.
Terakhir aku terkena asma ketika beberapa bulan lalu. Mungkin aku kecapean ditambah konsumsi es batu, akhirnya asma menyerang. Yang lebih menyiksa lagi, asmaku ketika itu diikuti dengan flu. Setelah asma sembuh, muncullah batuk yang tak kunjung reda. Kalau tidak salah hitung selama tiga bulan batuk itu tak kunjung reda. Namun setelah sembuh, sampai sekarang kebiasaan minum air super dingin tetap kulanjutkan. Sempat terbesit dipikaranku untuk berhenti sebelum jatuh sakit lagi. Tetapi aku berpikir, daya tahan tubuhku yang akan berperan. Buktinya ketika kecil asma sangat sering menghampiriku, seiring bertambahnya umur, penyakit itu berangsur tidak pernah kembali. Semoga untuk selamanya..
2 comments:
oooooo gt toh.... bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. kirain penyakit asma bukan penyakit keturunan...kirain itu bakteri didapat pas lagi minum es...hehehehehe
adduh, memang dari dlu kita2 udh sadar klo asma memang gak menular. tapi ada jenis asma karena alergi. nah, karena dari nenek moyangku hobi makan makanan laut, yang notabene pemicu asma alergi itu sendiri. kalo soal es..
psstttt, jgn mki bilang2
haahah
Post a Comment