Sunday, September 21, 2008

cerita di hari jumat

Jumat, 19 september 2008,,

hari ini kukira masih tanggal 17!

gak tau knapa..

aku ketinggalan dua hari..

hehe,

but i don’t know what’s the meaning of it.

okey, forget about it.

this day, I supposed tobe free. I mean, I have no subject to study today.

Iya, bahasa Indonesianya, hari ini aku gak ada kuliah sama sekali, tapi aku harus ke kampus untuk ikut Library tour, dan yang tak kalah penting juga, mengumpulkan tugaas tambahan pada materi Pengantar Hukum Indonesia, asuhan Bapak H. Mustafa Bola, S.H., M.H.

Aku janjian dengan teman-teman untuk berkumpul jam sepuluh pagi di parkiran motor fakultas. Kurang dari jam sembilan pagi aku sudah kabur dari rumah. Ceritanya hari ini aku ‘mandiri’, karena pergi ke kampus sendiri. Haha

Gak ada yang bisa nganter, penghuni rumah pada molor.

Pas naik becak menuju depan kompleks, marisa nelpon, katanya data tugasnya gak ada di fd yang aku kasih. “oh no..”, batinku. Hmm, aku berpikir cepat. Oh iya, di deket kompleks kebetulan banyak rental komputer. Aku suruh tukang becak yang tadinya udah mengerem untuk lanjutin perjalanan.. “ke depan Unismuh Daeng..”. Unismuh alias Universitas Muhammadiyah Makassar adalah tempat yang kumaksud banyak rental komputernya. Untung saja file tugasnya marisa ada back up nya di hape ku. Berbekal perangkat canggih penerima data yang bernama bluetooth dan alat cetak canggih bernama printer, aku lanjut ke kampus naik angkot. Kurang lebih satu jam, aku ditelpon Rini, menanyakan aku udah dimana. “udah deket kok, udah di tugu adipura”, begitu sahutku menjawab pertanyaan Rini yang sudah ada di lokasi janjian. Oh, God, aku bohong. Sebenarnya, aku masih di wilayah Racing Center, masih sekitar tujuh menit untuk menjangkau yang namanya tugu Adipura. Hmm, setelah deket pintu satu Unhas, aku membuka hapeku yang ‘hape bapak2 banget..”.

Kubuka kunci tombol dari nokia 9300i milikku.

Waw, ada 3 sms tidak terbaca. Satu dari Rini, satu dari Mega, dan yang terbaru adalah dari Madong. Rini berkata melalui pesan pendek “oqy, dimana?, sy sdh mo nyampe”. Terus bunyi smsnya Mega “oqy, adami Bapak?”, begitu kira2.

Yang dimaksud adalah Pak Mus, dosen kami yang menangani tugas itu. Lalu smsnya Madong “Oqy, jadi ngumpul?, dimana?”, tidak lama kemudian, datang sms baru dari Rini “oqy, langsung ke perpus rektorat”. Berhubung tempat yang dimaksud sudah dekat, aku turun dari angkot di dekat gedung rektorat dan berjalan beberapa lama sampai aku bertemu Cici, teman kelasku juga., aku mengajaknya untuk langsung menuju lokasi. Sesampainya di lokasi, tampak Maba yang lain yang mengantri untuk mengikuti Library tour, yang katanya sudah ditutup. Mengapa harus Library tour? Begini ceritanya,, setelah mengikuti BSS ( Basic Study Skill) untuk Maba beberapa waktu lalu, muncullah aba-aba bahwa yang berhak mendapat sertifikat BSS adalah yang sudah mengikuti kegiatan Library tour. Jika tidak, ‘terpaksa mengikuti lagi BSS tahun depan”. Begitu ancaman yang kami dengar. Sebenarnya, di fakultasku, tidak ada pemberitahuan resmi mengenai tour macam ini. Hanya saja, di fakultas lain sebagian besar Maba sudah selesai dengan urusan ini. Sementara, Maba di fakultasku disibukkan dengan jadwal kuliah yang padat. Di sisi lain, pihak perpustakaan tidak bisa mengadakan tur di atas jam 12 siang. Itulah kira2 yang menyebabkan Maba di fakultas kami terkesan ‘cuek’.

Tidak seperti yang diharapkan, kami tidak tahu harus berbuat apa, bagaimana, dan siapa yang harus didatangi oleh rombongan kami untuk menjadi guide. Huh, perpus lagi rame banget nihh..

Ada isu, kalau petugas sudah ‘menolak’ kami. Karena batas tur sudah berakhir dari dua hari yang lalu. Aku juga malas mencari tahu, apalagi berdebat dengan petugas2 yang berkata seperti itu. Aku malah membuka hape, memanfaatkan kecanggihan teknologi yang namanya wi-fi sementara temanku agak panik karena ‘diancam mengulang tahun depan”. Haduh, something different with my foot. Ya ampuunn, kakiku lecet. Gini nih, kalo pake sneakers, gak page kaos kaki. Huaaa, kakiku merah2 semua. Hmm, jadi gak semangat. Tapi, jadi bersemangat juga, ternyata ada Bapak yang berbaik hati melayani kami untuk tur—satu syarat untuk mendapat sertifikat. Aku diberi lembaran kosong dan menuliskan nama teman2 ku dan NIM nya sebagai daftar peserta. Ternyata, bukan hanya dari fakulatasku, ada juga teman Maba dari FIKP (Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan) Unhas. Setelah berpegal2 ria, lembaran itu disetor dan tur dimulai!!

Kunjungan pertama tertuju pada American Corner di perpustakaan berlantai dua dan full hotspot ini. Tempat ini disingkat Amcor. Merupakan hasil kerjasama pemeritah Amerika dengan Indonesia. Di dekat pintu masuk ada foto Pak SBY sama Bule yang berlatar belakang bendera RI-Amerika.

Kemudaian kami diberikan arahan sekilas mengenai Amcor oleh Bapak yang mengelola Amcor ini—sayang namanya kulupa. Yang jelas prediakatnya S.Sos, Sarjana Ilmu sosial kayaknya. Hehe

Kami dijelaskan mengenai fasilitas yang ada di Amcor, antara lain, komputer untuk mencari jurnal ter-update, komputer untuk internetan, koleksi buku-buku berbahasa Inggris, dan pemutar DVD lengak dengan TV yang lumayan besar.

“Kalian bisa menonton DVD dengan koleksi kami yang satu rak, tapi kalian juga bisa membawa DVD sendiri, asalkan bukan DVD yang X”

Teman-teman lalu tersenyum sumringah, dan ada juga yang tertawa.

Sehabis dari Amcor, kami berkunjung ke lantai 3, tepatnya ruangan yang berisi berbagai karya ilmiah produksi Unhas. Bapak pengelola ruangan ini mengatakan “berbeda dengan bagian lain di perpus ini, bagian karya ilmiah ini, kalian tidak boleh meminjam, memphoto copy, apalagi merobek suatu tulisan”.

Waw, sanksinya keras kalau kedapatan, yaitu skorsing tiga semester. Madong yang berada di dekatku lalu berujar “hmm, padahal saya baru mau merobek satu Bab, ternyata sanksinya libur panjang, hehe”, begitu kira2 sahut Madong dengan pengubahan seperlunya J

Sehabis dari ruang karya ilmiah, masih di lantai tiga, kami mengunjungi ruangan yang berisi buku-buku cadangan. Di ruangan ini merupakan tempat buku yang ada di lantai dua. Jadi, kalau ada buku yang sedang dipinjam, kita bisa mengecek persediaan sebuah buku di ruangan ini. Wawhhhh, akhirnya berakhir juga tur singkat yang melelahkan ini, kami lalu digiring kembali ke lantai dua untuk menunggu dibagikannya sertifikat berupa kertas ukuran A4 yang berwarna kuning. Sembari menunggu, perhatianku tertuju pada papan merah di dekat pintu masuk utama perpus, di belakang kursi para front office perpus. “Kembalikanlah buku tepat waktu agar: 1. tidak didenda, 2. memberi kesempatan kepada peminjam lain”. Yang berkesan buatku adalah kalimat kedua. Sempat terbesit, ketika kita sangat butuh sebuah buku, ternyata buku itu sedang “tertidur” di kamar seorang mahasiswa lain..

Setelah mendapat sertifikat yang belum bertulisakan nama kami itu, kami—anak2 fakultas hukum bertolak dari perpus menuju fakultas kami untuk menuntaskan urusan yang kedua—mengumpulkan tugas.

Di perjalanan, aku berpapasan dengan Fiqri—teman SMA ku, sekarang di Teknik Informatika—jurusan idamanku.

Dari kejauhan di terlihat sibuk dengan ponsel dan headsetnya sambil nyengir gak jelas. Setelah berhenti tepat di hadapanku, dia berkata, “chumy, nih Oqy nih..”. waw, ternyata dia lagi nelpon-nelponan ama chumy—teman SMA ku yang kuliah di IM Telkom Bandung..

Aku meraih headset dan berkata “hai, chumy, masih ingat saya gak?”. Dia ngelantur gak jelas, dan tiba2 setengah teriak “oqy..???”, percakapanku singkat saja, aku berkata “chumy, udah dulu ya, mauka kerja tugas dulu, buru2 nihh..”, aku meninggalkan Fiqri dan setengah berlari tertatih-tatih karena kaki lecet. Aku mengejar teman-temanku yang telah menuruni anak tangga dan menuju tempat parkir rektorat, menuju mobil milik Nia.

Setelah berkendara singkat menuju fakultas, kami tidak langsung menuruni mobil, dan memilih mengerjakan tugas di dalam mpbil ditemani AC yang senantiasa ‘meniup’ kami yang kelelahan.,

Setelah kira2 lima belas menit, tugas kami tuntas. Kami lalu keluar mobil dan menuju Lab. Komputer untuk mengumpul tugas. Setibanya di sana, ternyata Pak Mus tidak di tempat. Sebagian dari kami masuk ke Lab., memanfaatkan kecanggihan teknologi bernama komputer dan mengakses internet, tapi karena kapasitas yang kurang memadai, sebagian lagi menunggu di ruanagan luar, yang lebih mirip ruang tamu, termasuk aku. Aku langsung melepas sepatuku. Udah gak tahan nih lecet. Huh..

Untungnya ruangannya cukup bersih. Aku sempat terlelap sesaat di tengah kebuntuan karena bunyi azan solat jumat—pertanda Pak Mus akan ditunggu oleh kami lebih lama. Di sela-sela proses menunggu kami, aku, madong, dan yana membolak-balik halaman Buku tahuan milik temanku yang Alumni SMA 17 makassar. Hmm, keren banget nih BT, Buku tahuna sekolahku lewat deh kayaknya. Kelihatan banget anak Seventeen serius menggarap Buku berisi foto dan profi angkatannya ini.

Karena solat jumat telah selesai, kami mulai panik karena Pak Mus belum juga datang. Sekitar jam satu siang, aku memberanikan diri menghubungi Pak Mus melalui ponsel milik Mega. Dengan hati-hati dan deg-degan, aku menekan tombol ‘call’ di ponsel Sony Ericcson milik Mega. Teman-temanku hening sejenak dan agak merapat menanti-nanti hasil percakapanku dengan Pak Mus.

“Assalamu Alaikum..” terdengar suara dari ujung telpon. Upss, Pak Mus memberi salam duluaan., batinku

“walaikum salam, Pak Mus ini?...”

Begitu timpalku, berusaha sopan.

“iya, betul ini dengan siapa?”

Wahh, aku makin berdebar saja.

“ini oqy Pak, anak kelas C.., begini Pak, saya dan teman-teman sudah berkumpul di ruangan Bapak untuk mengumpulkan tugas tambahan”

“kenapa tidak dari kemarin..??!!”, suara Pak Mus meninggi..

Wahh,. Mampus gua, mau bilang apa lagi nihh.

“mmm, ini Pak, ini tugas yang Bapak sarankan untuk menambah nilai, bukan tugas yang seharusnya dikumpul kemarin”, aku merasa ‘menang’ setelah mengatakannya.

“begini, kalian ada berapa orang di sana?, soalnya saya masih di rumah ini”, waduuhh, ternyata di rumah, maap banget yah pak menggamggu J

“emm,,, kami sekitar belasan sampai dua puluha orang Pak..”, jawabku hati-hati..

“ya sudah, saya akan ke sana”.

Alhamdulillah, ni Bapak menjawab keraguan kite..

Hahaa

Setelah sekitar setengah jam, temanku yang di dekat pintu memberi signal untuk tertib karena Pak Mus sudah sampai. Dengan penuh wibawa Pak Mus masuk ruangan, tanpa basa-basi, dia memberi isyarat untuk segera mengumpul lembaran kertas tugas kepadanya. Tiba giliranku, dia bertanya dengan nada serius, “ini punya siapa..???”

Wahh, ngerinya.. , aku jawab “inii,, punya saya Pak”.

Huhh, tinggal tugasnya Rini nih..

Rini juga sihh, pake acara nitip tugas. Padahal dia nongol tadi, bahkan dia baru kabur pas waktu solat jumat—belum lama sebelum kedatangan Pak Mus.,

Pas aku menyisipkan kertas milik Rini dengan kertasku, di tengah gerombolan teman-teman yang menyetor tugas, Pak Mus menyahut dengan tegas kepadaku “Ini punya Siapa??!!” ya ampuun, ketahuan dahh,..

“Ini punya Rini Pak..”, jawabku pasrah.

“Mana Rini..??”

“tadi ada Pak, tapi sudah pulang..”, aku memberi jawaban yang jujur, tapi menyakitkan J

Dan Pak Mus melakukan manuver menyeramkan.. Beliau melepaskan kertas milik Rini dari genggamanya. Kertas itu jatuh di atas meja. Aku meraihnya dan dengan penuh malu melangkah keluar ruangan. Beberapa teman yang sudah mengumpulkan tugas juga sudah berada di luar ruangan. Beberapa yang lain masih di dalam ruangan,. Atas saran dari teman2, aku mengoper kertas milik Rini kepada Tirsa yang masih di dalam ruangan. Ternyata Tirsa mengalamu hal yang sama denganku. Yah ampuun, malu2in.

Tugas Rini terpaksa ditolak. Sawir berusaha menghibur dengan berkata bahwa tugas ini kemungkinan masih bisa dikumpul hari senin nanti..

Semoga saja.

Di perjalanan menuju tempat parkir, aku mengetik pesan singkat mengenai penjelasanku kepada Rini, dan naik ke atas motor shogun berwarna biru milik, Madong.

Bye bye busiest day…

No comments: