Sunday, November 29, 2009

Pettarani, Jalan Favoritku

inilah jalan yang setiap pagi kulalui, mulai dari senin hingga jumat, atau bahkan hari sabtu dan minggu jika ada kegiatan di kampus. Terima kasih buat pemerintah Kota Makassar yang menjadikannya teduh, dan selalu menambal aspal jika ada aspal yang bolong, retak, dan senantiasa memperbarui cat warna hitam putih di median jalan dan di trotoar sepanjang jalan ini.

Jalan Andi Pangerang Pettarani merupakan salah satu jalan favoritku. Karena jalan ini cukup lebar, bisa sampai tiga lajur (kalo dipaksain), tapi karena banyak pedagang dan gedung yang ngembat badan jalan untuk parkiran, makanya yang efektif hanya dua lajur. jadi empat lajur untuk dua arah yang berlawanan.
Alhasil, Jalan AP Pettarani jarang macet. Kecuali:
1. Ada demo di KPU Makassar
2. Banjir di sekitar Jalan Faisal
3. Ada kecelakaan
4. Perbaikan Jalan (pengaspalan, drainase, dll)

Pettarani bagian selatan ke utara dapat saya tempuh dengan mobil selama sekitar 10 menit di hari libur (tidak ada macet, dan volume kendaraan hanya sedikit) dan pada hari kerja sekitar 20 menit. Perubahan waktu tempuh yang signifikan ini akibat penumpukan kendaraan di persimpangan menuju kawasan bisnis Panakukkang Mas, atau salah satu dari 4 sebab di atas.

Selain jarang macet, Pettarani dipayungi oleh pohon-pohon trembesi yang rindang pada median jalan, dan pohon-pohon yang bervariasi di sisi kanan kirinya. Mengapa bervariasi, karena jenis pohon yang di kanan kiri bergantung pada siapa yang menanamnya, dalam hal ini pemilik "teras" yang memang langsung dilewati oleh jalan AP Pettarani. Namun, terlepas dari mulus, rindang, dan kelancaran lalu lintas yang merupakan prestasi Jalan AP Pettarani, saya tetap berharap pemerintah memaksimalkan angkutan umum sebagai moda transprtasi moderen untuk menghindari ledakan volume kendaraan di jalan raya, serta yang juga urgent adalah pengurangan emisi karbon. Saya masih tetap memimpikan kereta api, bus, atau bahkan subway sebagai alat transportasi yang menjadi tren di kota Makassar, dan dipelihara oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga perjalananku ke kampus tidak akan dihiasi oleh keluhan "matahari yang menyengat", asap truk pengangkut pasir, dan kemacetan yang selalu mengintai selagi diler mobil dan motor masih produktif.

No comments: