Tuesday, September 29, 2015

Get Connected .. !

Internet adalah penyambung hidup kedua setelah makan minum. Karena itu, sebelum tiba di Glasgow, saya dan mahasiswa Indonesia lainnya yang akan bersekolah di kota terbesar ketiga di Britania Raya ini, getol mencari tau how to get connected to the internet setibanya di Glasgow.

Saat masih terkoneksi wifi.....

Saya beruntung. Soalnya, flat yang akan saya tempati, masih berlangganan dengan internet dari perusahaan lokal, dengan merek Sky. Saya tiba di Glasgow tanggal 3 September. Kontrak internet baru akan habis  pada 25 September. Lumayan banget kan, 3 minggu internet gratis.

Jadi, penghuni flat sebelumnya berlangganan paket internet dengan tagihan £16.80 per bulannya. Tarif ini untuk internet unlimited dengan kecepatan hingga 50 Megabyte per detik!. Wah benar saja, saat kami sampai, kami share wifi sampai 6 orang, tapi bisa menonton video di Youtube tanpa buffering. Pokoknya aman lah. Wifi aktif di laptop, sekaligus di smparthone, juga di iPad.

Seminggu jelang tanggal 25 September, saya mulai mendiskusikan alias merencanakan pembaruan langganan internet. Tanpa ragu, kami kembali memilih Sky karena harganya terjangkau, dan sudah kami buktikan sendiri.

Di Skotlandia sendiri, ada beberapa perusahaan penyedia layanan internet, atau diistilahkan di sini, broadband. Yang paling besar adalah Sky, disusul dengan BT (British Telecom), lalu Virgin. Di luar tiga besar, ada juga TokTok. Perusahaan penyedia broadband ini, juga bermain untuk layanan fixed telephone dan pay tv. Jadi, di Skotland, punya antenna TV saja tidak cukup. Kita harus punya akun pay tv  untuk bisa menonton.

Kembali ke internet. Jadi, tangal 24 September, usai shalat Idul Adha, saya menyempatkan ke Buchanan Gallery di City Centre untuk mendaftar layanan internet dari Sky. Setelah berputar – putar di lantai GF, saya belum juga menemukan outlet Sky. Padahal, papan informasi di pintu masuk utama, sudah menuliskan outlet Sky ada di lantai GF. Mau bertanya, tapi pada siapa #Halah. Jadi, sudah 2 mal saya datangi di Glasgow, dan tidak ada satupun Mal yang menyediakan resepsionis atau sekuriti yang bisa ditanyai.

Sekali lagi saya tawaf di lantai GF, dan akhirnya melihat outlet Sky yang nyempil di antara eskalator turun dan Boots - toko penyedia kosmetik dan obat-obatan.
Outletnya Sky ini tak lebih besar dari outlet Juice Bar di lantai LG. Tidak ada tempat duduk. Kalau di Jakarta, model outletnya ini besarnya seperti outlet sari tebu di mal – mal Jakarta. Iya, sekecil itu. Ditambah lagi, staf salesnya hanya 1 orang.

Jadi nama mas salesnya adalah Kevin. Saya menunggu lebih dari 10 menit untuk dilayani, karena ada pelanggan, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan 1 anak kecil, yang sedang sign up untuk jadi pelanggan baru Sky.

Kevin bicara dengan logat Scottish, tapi akhirnya bicaranya agak pelan, saat saya jelaskan kalau saya dari Indonesia. Jadi, Kevin hanya menjelaskan singkat sekali soal Sky. Soalnya, sebelum menjelaskan, dia bertanya, apakah sebelum saya mendaftar, saya sudah baca informasi di internet, terkait paket apa yang akan saya daftar. Lalu saya jawab iya, dan akhirnya dia bisa cepat mengisikan formulir.

Saya diminta menulis nama, nomor ponsel UK, alamat, dan informasi dasar lainnya. Sambil saya menulis, Kevin juga mengetikkan informasi ini di iPad yang dia pegang. Setelah itu Kevin menjelaskan kapan pembayaran pertama jatuh tempo, dan proses pengiriman alat milik Sky.

Untuk mendaftar, saya membayar deposit £5. “Alat” untuk receiver internetnya ini sebenarnya harganya lebihd ari £60. Tapi untuk paket yang saya daftar, harga alatnya ini gratis. Saya membayar deposit dengan kartu kredit dari Indonesia. Kartu debit saya dari BNI, BCA, maupun BRI, ditolak oleh “server”nya Sky. Hahhaha.

Sebelum formulir - yang belakangan ternyata adalah kontrak – ini saya tanda tangan, Kevin membacakan ulang summary dari data inti yang saya isikan tadi. Saya diminta menyebutkan kode pos, dan aplikasi di iPad Kevin melacak alamat saya, lalu sepertinya dia memilih nomor flat.

Nomor flat inilah yang belakangan jadi masalah.
Yang m – e – r – e – p – o – t – k – a – n .

Jadi, setelah beres dengan Kevin, saya harusnya tinggal menunggu 4 atau 5 hari, hingga alat dari Sky terkirim ke Flat. Lalu menunggu 1 hari lagi, hingga internet bisa diaktifkan. Tapi, ternyata, saya harus menunggu lebih lama.

Siang tadi, selepas kelas menulis esai, saya pulang ke flat. Saya utak – atik lah pesan masuk di 3 email saya satu per satu. Salah satunya email dari Sky, yang sebenarnya sudah terkirim dari kemarin. Isinya, saya bisa mengaktifkan akun MySky untuk melihat status pengiriman alat, melihat tagihan, dan seterusnya.

Saya daftarlah ke akun ini. Cepat atau lambat, toh harus daftar juga. Lalu, keanehan mulai terkuak.

Ternyata, nomor flat yang ada di akun online saya SALAH !.
Harusnya flat 2/1, tapi di website, tertulis flat 0/1. Astaga. Lalu saya mencari kontrak dari Sky. Di kontrak, tertulis alamat yang benar. Saya langsung ingat Kevin. Jangan – jangan, dia salah menginput alamat saya, saat mendaftar di Buchanan Gallery beberapa hari lalu.

Saya langsung menelpon Kevin, yang memang mencatatkan nomor ponselnya di halaman belakang kontrak. Tidak diangkat. Tapi, saya meninggalkan pesan, yang isinya, bahwa alamat saya salah, sehingga paket yang isinya alat dari Sky, tidak akan tiba di flat saya.

Sembari menunggu respon Kevin, saya berusaha menemukan solusinya di website Sky. Sky juga menyediakan layanan chat dengan customer service secara online. Si Admin customer service sudah sempat menyapa. Tapi kemudian, saya kehilangan dia. Hahhahaha. Iya, hanya ada tulisan Try Again dan simbol refresh di laman yang saya buka.

Usut punya usut dari website Sky dan FAQs, tidak mudah ternyata untuk sekadar mengganti alamat. Tertulis, pelanggan harus memberi tahu 2 pekan sebelumnya, untuk memindah alamat. Ternyata, ini karena kabel LAN dari alat punya Sky, harus disambungkan dengan socket milik British Telecom yang sudah terpasang di tiap flat. Astaga.

Saya melihat jam dinding. Sudah jam 4 sore. Saya googling, Buchanan Gallery masih buka sampai jam 7 malam. Tapi, dengan asumsi, belum tentu outlet Sky juga buka sampai jam tersebut. Segera saya ambil jaket tebal, make up sedikit (teteup), dan memastikan Subway smart card saya tersimpan di tas. 15 menit kemudian, saya sudah di pintu Buchanan Gallery.

Di Counter Sky, tidak ada Kevin. Ada 2 orang laki – laki. Satunya masih muda dan satu lagi sudah terlihat berumur. Sayangnya, saya dilayani oleh stafnya yang berumur – sedih hati adek bang, hahaha.

Oh, dan bukan masalah berumurnya. Aksennya parah. Saya sulit mengerti penjelasannya. Haduh. Pertemuan saya dengan dia, juga tidak berarti banyak. Solusi yang dia berikan, adalah menelpon Call Centre dan menjelaskan kalau saya harus re-book alat dari Sky, karena alamat saya salah. Padahal saya sudah jauh – jauh ke City Centre, ujung – ujungnya menelpon Call Centre. Yah, itulah cobaan.

Jadi, saya ke luar Buchanan Gallery, duduk melantai di tangga, dengan orang – orang lalu lalang di hadapan saya, menenteng tas belanja, ataupun sambil mengungyah Pretzels.

Seperti biasa, nomor Call Centre dijawab mesin otomatis. Tapi ini bukannya menjawab, mesin otomatis ini malah bertanya. Kira – kira pertanyaannya adalah “Jelaskan dalam kalimat singkat, apa yang menjadi masalah Anda, sehingga Anda menghubungi Call Centre Sky”.

Saya menjawab pertanyaan ini dengan salah. Karena jawaban saya lebih dari 3 kalimat. Hahaha. Di kesempatan kedua, saya menjawab “My Address is incorrect”, barulah saya disambungkan ke departemen, yang katanya bisa membantu saya. Saya dijawab oleh bapak – bapak. Suaranya clear, aksennya juga lumayan bisa dimengerti. Eh, ternyata si bapak bukanlah jalan keluar dari solusi saya. Dia bilang, akan sambungkan ke koleganya, untuk membantu saya. Walah, ribet ya.

Oke, sudah 4 menit saya tersambung, dan di ujung telepon, masih terputar alunan musik, tanda telepon sedang dihold. Total, ada 3 orang, semuanya laki – laki, yang katanya membantu saya dengan urusan salah alamat ini.

Orang terakhir mengatakan, alamat saya sudah bisa diubah. Tapiiiiiiiiiii, alat milik saya baru akan dikirim lagi, 2 pekan kemudian. Untuk tagihan, juga akan mundur, mengikuti waktu pengiriman.

Tentu lega, akhirnya, masalah ini bisa teratasi. Pekerjaan berikutnya adalah, mampukah kami bertahan 2 pekan tanpa internet di flat?.


Di ponsel kami masing – masing, internet bukanlah tidak bisa diakses. Tapi, kami hanya berlangganan data sebesar 500 MB per bulannya. Jumlah yang sangaaaaat sedikit dibanding dahaga kami akan koneksi.

Yah, ini namanya apes. Saya harus menanggung akibat, yang sebenarnya bukan salah saya. Saya sudah memasukkan data dengan benar. Tapi somehow mungkin jari Bang Kevin terpeleset, sehingga angka 2 dia ketik jadi 0. Meskipun letak kedua angka ini berjauhan yah.

Tapi,saya toh pada akhirnya saya harus mengikuti sistem yang sudah dibuat perusahaan ini. Bahwa penggantian alamat, bukanlah mekanisme mudah. Sistem mereka sudah diatur sedemikian rupa, sehingga mengganti alamat adalah juga mengganti jalur aktivasi dari layanan internet dan telepon dari perusahaan mereka. Hikmahnya juga adalah, agar saya dan kak Tika (flatmates) saya, mengurangi nongkrong di flat, dan mengakses internet di lingkungan kampus. Oke, Glasgow University Library, sambutlah kami, fakir wifi. Hahahaha


No comments: