Pagi ini, saya mendapat request dari mama tercinta untuk mengantarkan kiriman untuk kakekku di kampungku, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Seandainya saja TIKI buka cabang di sana. Sayangnya tidak, jadi kiriman berupa obat-obatan ini akan saya titip kepada mahasiswa asal Wakatobi yang kuliah di Makassar, dan kebetulan akan pulang kembali ke kampung halaman sore ini juga. Tempat yang akan kutuju yaitu Asrama Buton.
Asrama Buton ini sesuai namanya, menampung mahasiswa asal Kabupaten Buton (yang kini terpecah, salah satunya menjadi kabupaten Wakatobi) Sulawesi Tenggara. Sebenarnya saya pernah berkunjung ke tempat ini, tapi sudah lama sekali, yaitu ketika saya berumur 8 tahun. Lama sekali bukan, mengingat umurku sudah hampir kepala dua ,, xp.
Artinya, pagi ini, sebelum ke kampus yang jauhnya teramat sangat, saya musti mengerahkan tenaga, pikiran, bensin dan doa untuk menemukan alamat tersebut. Gambaran pasti yang telah saya dapat adalah, lokasi "target" berada di pedalaman gang yang berliku yang masih menyisakan rawa-rawa di sana sini, karena daerah tersebut hanya berisi kos-kosan, Politeknik Kesehatan Gigi (poltekes) serta Fakultas Olahraga dari Universitas Negeri Makassar.
Salah satu alternatif yang kupunya, kalau-kalau (semoga tidak) saya kesasar, saya minta nomer hape dari "target" dan akan bertanya pada tukang becak, yang semoga saja mau membeberkan informasi tanpa harus saya suap 6 triliunn.... (lebay yah..)
oia, btw, headline-headline koran lokal maupun nasional masih seputar skandal Bank Century, Sumpah para pejabat, dan lain lainnya yang mau bikin kepala ini pecah membayangkan kalau duit sebwanyak itu dirampok. I wonder, mau dikemanain duitnya yak.. Kasian kami, rakyat yang selalu mendapatkan pemadaman bergilir.. Terkadang dalam suasana gelap ditambah serbuan nyamuk, saya berpikir.. Saya punya uang di dompet saya, kalau lagi banyak, saya pasti mampu membayar rekening listrik rumah saya dan tetangga saya, tapi kenapa lampu saya dimatikan? Ada uang = blm tentu sejahtera..
No comments:
Post a Comment