Tuesday, February 10, 2015

Banjir Tanpa Ponsel

Senin, 9 Februari 2015. 
Proyeksi liputan yang dibuat malam sebelumnya menggambarkan tim akan fokus pada sidang praperadilan Budi Gunawan. Subuh hari, saat sebagian tim sudah bersiap - siap menuju ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, hujan masih tetap mengguyur. Belum ada laporan atau alert dari pintu - pintu air di Jabodetabek. 

Pagi hari, dalam perjalanan ke kantor, lalu lintas macet agak parah dari biasa. Jarak 5 kilometer dari tempat tinggalku ke kantor, ditempuh hampir 1 jam. Padahal, pagi benar saya berangkat. Jam 6 sudah di atas mikrolet. Padahal jam dimulainya shift adalah jam 8 pagi.

Sembari menanti peralatan liputan disiapkan kameramen, saya masih sempat membuka - buka berita online lewat komputer di newsroom. 
Momen yang baik untuk memulai hari. Suasana newsroom juga masih tenang. Belum begitu banyak kru production support yang datang. Yang malang melintang adalah produser berita pagi, dan produser siang yang tatapannya terpaku di monitor komputer.

Saya diproyeksikan untuk mewawancarai wakil presiden sebelum bertolak ke Yogyakarta. Singkat cerita, wawancara batal karena beberapa hal. Batinku, jangan - jangan kami akan "digeser" ke liputan banjir. 

Benar saja. Jam menunjukkan pukul 8 pagi saat grup whatsapp wartawan mulai kebanjiran rilis BPBD Jakarta soal beberapa titik genangan di ibukota.
Tidak lama, panggilan korlip menggetarkan blackberry saya, dan diakhiri dengan penugasan untuk menelusuri Jakarta Pusat hingga Jakarta Utara. Mencari titik banjir yang "layak" di-live-kan di program berita siang jam 11. 

Saya mengecek ponsel pintar, yang biasa saya gunakan untuk bersosial media dan browsing internet. Baterai sisa 50 persen. Mulailah saya merogoh saku di tas ransel. Bencana. Saya lupa membawa kabel charger. 

Kabel inipun tergolong langka. Ponsel saya iphone 5. Susah mendapat kabel charger yang cocok. Iphone 5 hanya menerima kabel iphone 5. Nyaris sebenarnya. Ponsel kameramen saya iphone 4s. 

Life and live must go on.

Jalan Industri, Gunung Sahari Jakarta Pusat, mulai tergenang cukup parah. 20-30 cm. Ponsel iphone sudah saya matikan sejak di jalan Thamrin. Sebelum mematikan ponsel, saya berpesan kepada korlip, agar berkoordinasi hanya lewat telepon saja, lewat nomor ponsel saya di blackberry. Blackberry gemini jadul, yang hanya bisa digunakan telepon dan sms. Begitu paket internet aktif, done. Ponsel akan hang. 

Jam 10.30, kami sudah di depan WTC Mangga Dua. Genangan mencapai 40 cm. Mobil dan motor masih memaksa lewat memanfaatkan lajur Transjakarta yang permukaan jalannya lebih tinggi. Live pertama kami lakukan sekitar jam 11, di program Kompas Siang. 
3 kali live hari itu. 1 di program berita, 2 kali saat breaking news. 

Di luar live report, kamera kami tetap di-take real time dengan menggunakan streaming via live u backpack. Ah, betapa "produktif"nya tim kami hari itu. 

Sebelum live breaking terakhir, saya sempat mohon izin ke korlip dan korlive. Ini urusan penting. Saya minta izin membeli celana pendek dan "isi-isinya". Saya juga beli sabun, tisu, dan menuntaskan urusan penting ini di toilet carrefour WTC Mangga Dua. Untungnya, pusat perbelanjaan satu ini bebas dari banjir. Jalanan dan pinggir kali di depannya sudah ditinggikan. Mission accomplish. Saya keluar dari carrefour dengan celana pendek abu - abu baru dan perasaan yang lebih tenang. 

Live di berita petang dilanjutkan oleh rekan saya yang diplot sebagai tim liputan siang. Genangan Mangga Dua yang bersejarah kami tinggalkan hampir jam setengah enam sore.
Perjuangan belum berhenti. Genangan mengakibatkan macet di mana - mana. Saya sempat tertidur lelap saat mobil kami stuck di kawasan gajah mada arah harmoni. Butuh dua jam untuk kami tiba di kantor dan mengembalikan alat liputan. 

Fakta lain, ponsel pintar apel tergigit baru saya nyalakan kembali jam 9 malam saat di perjalanan pulang ke rumah. Wahh banyak sekali pesan whatsapp dan email baru. 12 jam saya bertahan tanpa ponsel pintar. Bukan hanya tanpa sosial media, tapi juga dari fitur kamera, bertubi-tubinya berita terbaru di portal berita online, dan lain semacamnya.
Mungkin saja ada relasinya.
Hari itu, meski sekujur tubuh basah, saya merasa bahagia.

Terimakasih utk Allah SWT pecipta semesta.

Jakarta, 10 Feb 2015

Foto capture useetv.com


No comments: