Thursday, October 22, 2015

Rasa Indonesia di Britania Raya

Sore ini, Rabu 20 Oktober 2015, saya main ke flat teman di City Center. Mumpung lagi di Citcen (nama gaul City Center di kalangan pelajar Indonesia), kami memutuskan untuk belanja di Chung Ying. Chung Ying ini terkenal di kalangan kami sebagai swalayan penyedia bahan makanan Asia yang cukup lengkap.

Beberapa hari lalu, teman saya ada yang memasak bebek goreng sambel lalapan dengan bahan yang dibeli di Chung Ying. Ada juga teman yang membeli tahu, tempe, toge, kecap, saos, mi instan, dan berbagai bumbu untuk memasak makanan Asia.

Ini adalah kali pertama saya ke the famous Chung Ying. Berkat arahan dari Eva, kami tiba di swalayan ini. Bangunannya cukup besar. Parkirannya juga luas. Saya berasumsi, lahan parkirnya bisa muat 20 - 30 mobil. Gedungnya sih biasa saja. Satu lantai, dengan cat yang tidak menyolok.

Begitu masuk, pengunjung akan melihat lemari - lemari es. Segala jenis chinese dumpling terpajang di lemari es. Ada pula berbagai jenis daging olahan beku. Semisal daging babi gulung, nugget kepiting, dan semacamnya.

Ada 3 atau 4 lorong yang isinya bumbu masak. Bumbu masak dominan berasal dari Tiongkok. Tapi, di Chung Ying juga banyak bumbu (dan bahan makanan) yang diimpor dari India, Arab, Malaysia, dan... Indonesia.

Merek Maggie dari Malaysia misalnya. Ada mie instan Maggie, saos sambal, dan sebagainya. Sementara, Indonesia diwakili oleh Indofood dan Heinz ABC.

Mi instan Indomie dan Sambal ABC di Chung Ying, Glasgow City Centre
Keberadaan Indomie dan Sambal ABC di Glasgow sudah jadi bagian dari kelegaan kami terhadap bahan makanan. Terutama saat masa prearrival. Saat kami siap - siap berangkat ke Glasgow, dan banyak mengajukan pertanyaan kepada pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI Glasgow).
Senang lah kami kan. Apalagi, harga dari produk - produk ini masih terbilang terjangkau. Sebungkus indomie di Glasgow harganya 35 pence alias Rp 7.700,- per bungkus (kurs £1 = Rp 22.000,-). Sementara Sambal ABC dibanderol dengan harga £1.59 atau Rp 34.980 per botol. Tapi untuk varian original chili sauce, ada promo beli 2 gratis 1. Sehingga harganya menjadi sekitar £1 per botolnya.

Sejak saya posting foto saya bersama Indomie Goreng di Facebook, ada beberapa kawan saya yang sedang studi di negara lain, yang ikut berkomentar soal harga Indomie di tempat mereka. Di Newcastle misalnya, ada toko yang menjual Indomie seharga 30 pence. Harga sebungkus Indomie 30 pence ini juga berlaku di Manchester. Lebih ke selatan Britania Raya, tepatnya di Brighton, teman saya yang komen di Facebook mengaku, harga Indomie di sana adalah 40 pence. Di London sendiri, harganya dua kali lipat, yakni 80 pence.

Adakah produk subtitusi dari Indomie dan Sambal ABC di Glasgow?

Tentu saja ada. Supermarket populer seperti Tesco, juga merilis mi instan dari merek internal mereka sendiri. Harganya juga kalau tidak salah 30 pence. Sayangnya, rasanya hambar. Tekstur mi-nya juga tidak seperti yang kita - orang Indonesia - harapkan. Hahaha

Mi instan yang agak mantap rasanya, adalah buatan Korea. Mereknya sama dengan yang dijual di Indomaret. Bungkusnya warna dasar hitam dengan kombinasi warna merah. Lupa nama mereknya. Hahaha. Mi ramen Korea ini ada logo halal pula di kemasannya. Rasanya gurih dan pedas, dengan sebungkus sayuran kecil semacam yang ada di kemasan Pop Mie. Harganya di bawah £1.

Satu lagi ada mi instan yang diimpor dari negeri tetangga, Malaysia. Mereknya Maggi. Menurut teman saya yang saat ini di Jakarta, rasa Mie Maggi ini lumayan. Tapi saya sendiri belum coba. Mie Maggi, selain di Chung Ying, juga dijual di toko bahan makanan India di dekat flat saya.

Untuk sambal, sebenarnya banyak produk serupa di Glasgow. Ada peri - peri sauce dari Nandos. Ada pula sambal Maggie yang diimpor dari Malaysia. Begitupun sederet saus pedas yang ada di Tesco, Sainsbury, Whiterose, dan sebagainya. Tapi tidak ada yang mengalahkan nikmat dan pedasnya Sambal ABC.

Teman - teman saya banyak yang mengaku, kalau di Indonesia, mereka menganggap enteng sambal ABC. "Masih banyak sambal yang lebih enak dari ABC', begitu kata salah satu teman saya. Eh giliran lagi di negeri orang seperti ini, apa saja dicampur sambal ABC. Spageti, kentang goreng, sandwhich, nasi goreng, sayur tumis, semua 'dipakein' sambal ABC. 

Kurang pedas dan kurang gurihnya saus - saus sambal yang ada di kota ini, sebenarnya bisa diakali dengan membuat sambal sendiri alias homemade. Tapiiii tantangannya adalah, di mana mendapatkan cabai, bawang merah, dan bawang putih yang sesuai?. Belum lagi, sambal yang dicampur terasi, petis, dan sebagainya. Tantangan terbesarnya, saya perhatikan , adalah mendapatkan bahan cabai yang pedasnya pas.

Satu kali saya mendapat cabai (ciaelah cabai) yang pedasnya "nendang". Inipun "sesajen" dari teman saya karena sudah numpang tidur di flat saya. Dia beli cabai merah kecil di Marks & Spencer Food di Byres Road, tak jauh dari Perpustakaan UoG. Satu bungkus kecil cabai yang tulisannya "imported from India" ini adalah £1. Nah, dalam sebungkus, cuma ada belasan cabai. Mahal cin.

Yasudah lah ya. Akhirnya, harta karun kami untuk tetap mendapat cita rasa Indonesia di hari - hari kami sebagai pelajar, adalah Sambal ABC, dan mi instan merek Indomie. Untuk masa - masa sekarang, nampaknya kami masih bisa menoleransi makanan - makanan tasteless seperti yang dikonsumsi orang kebanyakan. Dengan kata lain, dapur flat masih selalu ngebul karena rajin dipakai masak. Tapi, belum tentu keadaan ini tetap bertahan saat exam week yang tak lama lagi akan datang. Bumbu instan... Makanan instan... Mungkin kita akan akrab. 


3 comments:

siwi mars said...

ki, kalau mau cari cabe pedes di KRK, ada cabe yang kecil2 (ada yang hijau ada pula yang merah), itu pedesnya mirip cabai indonesia. di cunying juga ada tapi harganya lebih mahal (sebungkus 1,80 GBP), sementara kalau di fresh garden atau di KRK bisa dapat banyak less than 1 GBP.

Unknown said...

wohh siapp mba siwi. next time ke KRK gw incer si cabe. ehehe

EasyTalk said...

Hahah menghibur kak