Kebiasaan memasak anti deep frying berarti makanan asli British kebanyakan tidak diolah dengan cara itu. Barangkali hanya Fish and Chips yang merupakan makanan asli sini yang metode masaknya adalah deep frying.
Nah, bandingkan dengan kita di Indonesia. Sarapan pagi, paling oke adalah perpaduan gorengan dan teh manis panas. Makan siang ayam goreng dan tumis kangkung. Sementara makan malam ikan goreng dan cah kacang panjang. Terkadang camilan sore yang pas adalah pisang goreng dan teh tarik. Hampir semua penganan kita bergantung pada minyak goreng. Dari hasil googling singkat saya, ternyata Indonesia adalah penghasil terbesar minyak goreng sawit di dunia. Konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia pun relatif besar. Dari produksi lebih dari 20 juta ton, 5 juta tonnya adalah konsumsi dalam negeri kita.
Nah, dua pekan terakhir, saya pribadi baru sadar, kalau penggunaan minyak goreng yang signifikan ini adalah typical untuk mengolah masakan Indonesia. Hampir 2 bulan tinggal di Glasgow, saya baru satu kali beli minyak goreng. Jenis yang saya beli adalah minyak bunga matahari (sunflower oil). Yang umum didapatkan di supermarket di Glasgow memang minyak jenis sunflower dan juga olive oil. Sejauh yang saya amati, saya belum melihat ada minyak sawit (palm oil). Sunflower oil yang saya beli ini sebulan lebih baru habis. Sampai suatu hari, semuanya berubah. Saya mendapat limpahan kerupuk siap goreng dari Maya, yang notabene tidak bisa melakukan aktivitas deep frying di rumahnya.
Beberapa kali goreng kerupuk. Lalu menggoreng chicken nugget, menggoreng bakwan sayur dan akhirnya minyak goreng hibah saya tinggal seperempat. Yah mau gimana lagi. Gorengan memang enak. Hahahha
Baru dua hari lalu saya bereksperimen dengan membuat bakwan, hari ini saya dan dua orang lain, Eva dan Maya, mencoba bikin bakwan lagi. Ceritanya bakwan yang akan kami buat adalah bakwan sayur. Adonannya adalah campuran dari telur, tepung terigu, tepung maizena, dan sedikit "ramuan" tepung bakwan instan kemasan kecil. Untuk isinya, karena tidak punya udang, kami hanya membuat bakwan sayur. Wortel, toge, bawang bombay, bawang putih, dan daun bawang, kami campur ke adonan.
Sejumlah banyak minyak kami tuang ke wajan dan menggoreng adonan sampai kecokelatan. Kami kembali menyaksikan fenoemena betapa deep frying ini berpengaruh signifikan ke konsumsi minyak goreng kami, anak kosan. Hahahah
---------------------------------
Bakwan Sayur dari Glasgow. Photo by me, taken with Canon Powershot G1X mark II |
Anyway, bakwannya alhamdulillah lezat. Alih - alih membuat sambal, ada seseorang di antara kami yang membuatkan cuko. Cuko adalah kuah asam manis pedas yang biasa digunakan orang Palembang sebagai kuah Pempek. Lengkap sudah nikmatnya bakwan goreng ala Glasgow buatan kami.
Selepas azan magrib (jam 5 sore waktu setempat), masakan kami semua sudah jadi. Kami juga membuat mie bakso. Baksonya adalah buatan mahasiswa S3 yang berdomisili di Glasgow. Sementara, mie-nya kami dapat dari supermarket. Kuah tanpa MsG buatan Eva rasanya pas sekali. Sebagai side dish, kami makan kurma. Benar - benar serasa buka puasa. In fact salah seorang di antara kami memang sedang buka puasa.
Our Indonesian Dinner. (2/11/15).Photo by me, taken with Canon Powershot G1X mark II |
---------------------------------
Deep Frying is Demanding. Tapi, kalau saya pribadi, kadang karena alasan kebiasaan dan kepraktisan, saya jarang menggoreng yang "serius", seperti goreng ayam, goreng kentang, atau goreng - goreng yang lain yang masuk kategori deep frying.
Waktu di Indonesia dulu, ibu saya juga relatif jarang membuat gorengan. Bahkan, setahun terakhir, Ibu saya menggunakan olive oil. Selain itu, kami juga makan nasi merah. Saya sih makan sehat kalau di rumah. Tapi kalau di luar, saya "makan saja apa yang ada"...
Lalu, makanan apa yang biasa saya makan, kini di Glasgow? Baiklah, umumnya seperti ini
Makan Pagi
Roti tawar dengan selai, sandwhich isi sosis, nasi goreng, sphagetti
Makan Siang
nasi goreng, nasi putih, telur dan sayuran tumis, sandwhich, sphagetti
Makan Malam
nasi putih, telur dan sayuran tumis, sphagetti, sayur sop
Kira - kira begitu menu yang menghiasi hari - hariku di Glasgow. Most of the time saya memasak. Beli makanan di luar cuma karena alasan pergaulan. Hahahha. Oh iya, beberapa kali muncul sayuran dalam menu saya, karena memang saya suka sayur. Di kulkas saya setidaknya harus ada wortel, kentang, dan tomat. Selain karena kebiasaan, saya merasa pola makan saya selama di Glasgow agak kurang sehat. Saya suka sekali makan Donat yang dijual di Tesco. Begitupun biskuit manis. Padahal di Jakarta, saya jarang mengonsumsi camilan manis. Tapi di Glasgow, "iman" saya lemah terhadap makanan - makanan ini. Hahaha.
No comments:
Post a Comment