Wednesday, December 2, 2015

Mewahnya Shalat Berjamaah

Di Jakarta, saya -hampir- selalu dibangunkan suara azan. Di subuh hari, lantunan indah dari para muazin bersahut - sahutan. Dari jendela kamar saya di lantai 23, pantulan suara azan sangat jelas terdengar.

Sudah 3 bulan, saya tidak lagi mendengar suara ini. Di Glasgow, suara azan bisa dikatakan dilarang oleh City Council. Azan boleh dilakukan di tempat ibadah, tapi suaranya tidak boleh keluar dari area tempat ibadah. Maklum saja, Islam di Glasgow adalah agama minoritas. 

Sama dengan azan, shalat berjamaah akhirnya jadi mewah. Terutama untuk kami, perempuan. Para lelaki tentu rutin shalat berjamaah, khususnya pada hari jumat. Tapi kami perempuan tidak diwajibkan untuk shalat jumat. Walaupun, tiap hari jumat, di UoG, shalat berjamaah terbuka untuk lelaki dan perempuan. Sayangnya, waktu pelaksanaannya bertepatan sekali dengan jam kuliah. Akhirnya, saya shalat zuhur saja pada hari jumat, sama dengan hari lainnya. 
Shalat magrib berjamaah di perpustakaan

Beberapa kali, mahasiswa muslim melakukan shalat magrib berjamaah, di lantai 9 perpustakaan UoG. Saya duga, para lelaki ini sudah janjian. Karena beberapa kali ada di antara mereka yang saling tunggu. Saya baru sekali ikutan shalat berjamaah. Sisanya, saya sudah selesai shalat magrib, baru para lelaki ini mulai shalat berjamaah. 

Dua kali, saya sengaja memperlama memakai sepatu, supaya mendengar lantunan ayat yang dilafalkan imam. Indah sekali suara alfatihah itu. Ditambah lagi, sang imam membaca ayat Alquran yang panjang. Bukan surat pendek yang familiar di telinga saya. 

Umat islam, di negara mayoritas islam, sesungguhnya berlimpah berkah karena kesempatan shalat berjamaah, dan lafaz azan yang mengalun indah. 



2 comments:

filianto nugraha said...

Permisi kak.
Boleh minta alamat email? Saya mau bertanya beberapa mengenai admission di UoG.

Unknown said...

@fillianto: boleh email sy ke 2219404i@gla.ac.uk