Tuesday, December 29, 2015

Susinisasi di London

Rabu malam, 23 Desember 2015 jelang tengah malam, saya baru tiba di kosan teman saya, di Elgin Avenue, London. Apa rencanaku besok? Ah, liburan ke London ini saya jalani tanpa persiapan matang sebenarnya. Itinerary belum sempat tersusun karena baik saya dan rekan liburan saya baru benar - benar lepas dari kesibukan mengerjakan ujian dan tugas akhir semester pertama. Kembali ke dalam kamar kosan yang hangat itu, ada rekan saya yang mengabarkan lewat grup LINE bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti akan memberi ceramah di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Grosvenor Square, London. Acaranya jam 10 pagi. Oke, saya ikut!

Jam 8 pagi, saya sudah meninggalkan kosan teman yang menampung saya selama 4 hari di London itu. Masih sangat subuh sebenarnya jam 8 pagi itu. Jalan masih sangat sepi. Saya sempatkan melihat Abbey Road yang terkenal karena 'diseberangi' oleh 4 orang personel band legendaris The Beattles. Ah, biasa saja Abbey Road ini. Kecuali ada 3 orang lain yang menyeberang dengan saya dan ada 1 orang lagi yang memfoto kami, baru deh seru.

Saya tak lama di Abbey Road dan melanjutkan perjalanan ke Grosvenor Square dengan naik bus. Sekitar 15 menit saya tiba di sekitar Park Street dan berjalan kaki kurang dari 10 menit sampai ke kantor KBRI yang ternyata bertetangga dengan kantor Kedubes Amerika Serikat. Saya diminta menunggu di lantai 1. Bersama saya, sudah ada 4 orang lain yang menunggu. Ketiganya adalah mahasiswa program doktor, saya lupa dari kampus mana saja mereka.

Acara dimulai lewat 10 menit dari jadwal, yang tak lain adalah jam 10 pagi. Jam Indonesia...

Ibu Susi mengenakan pakaian atasan serba hitam, rok hitam, dan boots setinggi lutut yang juga berwarna hitam. Ceramah ini dipandu oleh Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya Hamzah Tayeb. Ruangan yang digunakan bertempat di lantai 2. Sekitar 200 orang menghadiri acara kuliah ini. Karena ruangan tidak cukup, sebagian mahasiswa malah duduk di tangga.

Ibu Susi mengawali ceramahnya dengan memaparkan strategi baru Indonesia di bidang perikanan. Ibu Susi menyebut, kebijakan penenggelaman kapal membuat ekspor ikan Thailand anjlok. Sebaliknya, ekspor ikan Indonesia naik sekitar 30 hingga 40 persen, sebuah pencapaian yang belum pernah disinggahi oleh pemerintahan sebelum - sebelumnya. Ibu Susi membocorkan rahasia dalam melobi negara tentangga untuk patuh pada aturan tegas Indonesia untuk menenggelamkan kapal ikan ilegal. "Saya rutin ketemu duta besar negara - negara tetangga. Saya ajak makan siang. Tapi kalau dia keberatan dengan penenggelaman, saya paparkan, kalau saya akan tegas dengan aturan dalam negeri...", begitu kira - kira pernyataan Ibu Susi di hadapan kami.

Dalam slide presentasinya, Bu Susi juga menampilkan smiley - smiley di akhir kalimat berisi poin - poin keluhan nelayan sehingga jumlah penduduk pesisir yang menjadi nelayan kian hari kian berkurang. "Slide dengan smiley - smiley ini saya presentasikan di rapat kabinet di Istana", kata Ibu Susi, disambut tawa hadirin.

Istri Duta Besar Hamzah Tayeb, saat sesi tanya jawab, menanyakan hal yang menurut saya cukup sensitif yakni soal pernyataan Ibu Susi yang hanya akan menjalani jabatan menteri selama 2 tahun. "Terkadang orang bisa bad mood", ungkap Ibu Susi. Pemilik maskapai Susi Air ini mengaku banyak mendapat tekanan sebagai menteri. Cita - citanya mengangkat citra perikanan dalam negeri selalu bertentangan dengan mafia yang sudah bersarang di bidang ini. Karena itu, Ibu Susi berpesan agar para insan akademis yang sedang menempuh studi di Britania Raya untuk tetap optimis dalam menjalankan pengabdian bagi tanah air. "Kalian semua sudah saya Susinisasi", kata Ibu Susi.

Susi Pudjiastuti berkunjung ke London untuk membuat beberapa kesepakatan. Antara lain dengan pengusaha di bidang perikanan agar menyerap produk perikanan dari Indonesia.

Last but not least, selfie please.
I do admire Ibu Susi. Semoga determinasi Ibu Susi
untuk memajukan perikanan berbuah manis.

No comments: