Jadwal inti: perekaman di PN. Berangkat dri rumah buat ambil mobil jam 8.. sampai di PN jam setengah 10. Peserta perekaman: saya, madong, mega, ita, kyo n k Mansur. Jarum jam menunjuk pukul 11, alat sudah siap, ruangan tak kunjung terisi. Jam 11.30, masuklah segerombolan pegawai kejari dan pn Makassar. . ternyata eh ternyata,, ada rapat internal mereka, yang kata ita “rapat sebelum puasa”.
Lumayan, hampir jam setengah satu baru selesai, itupun Pak edi, Pak Parlas, Pak Lam, Pak Wayan (Ketua PN Makassar) dan beberapa rekan masih stay di ruangan untuk berbincang-bincang.. mudah2n isi perbincangannya dapat berdampak cepat terselesaikannya proses persidangan Bapak Sidik Salam yang sudah hanpir 3 bulan ini menjadi focus kami dalam melakukan perekaman persidangan.
Jam 1, rasa lapar di perut mulai membuncah.. setelah setengah jam berdiskusi menu apa yang akan kami take away, rumah makan padang di Losari menjadi pilihan.. tapi setelah melewati jalan ince nurdin, akhirnya saya mendapatkan rumah makan untuk orang kantoran,, lupa juga nama restonya, tp taglinenya masih saya ingat.. hmmm, menunya nikmat sangat.. kakap merah yang dibumbui, ikan tongkol, dan sayur bayam.. my favorite.. lengkap dengan sambal jeruk limau.. asikkk..
Jam setengah dua,kami sampai di PN membawa bungkusan makanan lezat dalam Styrofoam dan minuman kemasan di bungkusan lain. Kyo dan ita baru saja selesai solat dan sedang berbincang dengan pak panitera. Kami lalu melahap makanan yang ada dengan tangan.. tak perduli menu ini ikan semua dan akan amis.. teman2 mengapresiasi pilihan makan siang yang saya cetuskan ini. Dalam hati, hampir saja kita makan masakan padang yang pedas itu. Besok puasa, dan saya adalah salah satu tipe manusia yang mudah bergejolak sistem pencernaannya.
Setelah makan, kami mencuci tangan dengan sabun (Barusan bawa sabun sachet setelah hampir 1 tahun kerja perekaman persidangan). Lalu saya dan teman yang belum solat mengunjungi mushola PN yang terkenal sejuk (karena air conditioner yang on trus, dan kapasitas mushola hanya 15 orang ). Tak lama setelah solat, sidang yang kami tunggu pun dimulai. Jaksa menyiapkan 2 orang saksi yang bekerja satu tim sebagai tim audit dari BPKP. Sidangnya menurutku seru, karena sang auditor mengemukakan 20 nama yang tersangkut aliran dana negara sebesar 3 milyar 277 juta rupiah yang diperuntukkan untuk membeli lahan Celebes Convention Center yang sebenarnya milik negara. Aduh aduh..
Andai saja masyarakat sudah lebih banyak yang pintar dan concern terhadap masalah seperti ini, pasti ruang sidang akan lebih ramai tiap minggunya, dan akan menjadi salah satu pertimbangan hakim dalam memutus perkara, bahwa masyarakat, yang merasa uangnya dirampok ini, menyuport hakim untuk menegakkan keadilan, dan menjadikan setiap kalangan takut melakukan korupsi. Namun yang terjadi? Penonton di ruang sidang hanyalah kerabat terdakwa, terkadang kerabat saksi, beberapa orang dari LBH, dan masyarakatnya? Biasanya hanya segelintir orang yang telah standyby di ruang sidang ini untuk menunggu perkaranya disidangkan.. miris..
Memang sebelum kasus ini masuk ke pemeriksaan saksi-saksi, pada awal persidangan, masyarakat yang menyaksikan sidang secara langsung sangat banyak, namun umumnya terdiri dari pegawai negeri sipil yang ingin bolos kerja. Kenapa bolos? Normalnya sidang ini dilaksanakan mulai pukul 10 hingga jam 2 siang. Trus pegawai negara yang segerombol itu kerjanya jamberapa?? Tapi patut disyukuri, lama kelamaan makin sedikit PNS yang menyaksikan sidang ini di jam kerja.
Kembali ke catatan harian saya. Sidang ini berakhir pukul 16.00 WITA (sangat enormous dibanding pekan sebeluumnya). Ketika membereskan mic , kamera, dsb, yang bukan bagian kerjaku, saya sempat menjatuhkan 1 buah mic wireless (mudah2n hanya tmn2 yang disitu yang tau), dan pelajaran yang dipetik adalah… sebaiknya saya tidak membongkar alat, melainkan cukup memfinalisasi dvd recorder hingga ter-burn.
No comments:
Post a Comment