Saat musim kampanye tahun lalu, saya banyak menyaksikan implementasi dari gaya hidup dan gaya makan politisi. Jauh dari kesan susah - lah, singkat cerita.
Tapi hari ini, saya dapat pengalaman berbeda. Alkisah, selepas shalat magrib, saya dan kameramen memutuskan berpindah ke Masjid Sunda Kelapa. Soalnya, ada isu, Golkar Kubu ARB akan merapat ke kediaman wapres.
Lokasi Masjid Sunda Kelapa saling berseberangan dengan kediaman wapres. Setidaknya, aktivitas "politik" bisa terpantau dari parkiran masjid.
Saya masih enggan beranjak dari mobil yang dinyalakan AC-nya, meski rekan sesama jurnalis tv sudah memanggil via pesan whatsapp. Tiba - tiba, sesosok baju kuning melintas di depan mobil liputan kami. Dialah Sekjen Golkar versi Munas Bali, Idrus Marham.
"Saya mampir buka puasa. Makanya pesan sate padang. Ayo pesan juga dek", kata Pak Idrus.
Saya, kameramen, dan 2 jurnalis tv berita lantas makan bersama politisi Golkar asal Sulsel ini.
Penasaran, sayapun bertanya. "Ga nyangka Pak Idrus makan di pinggir jalan, di gerobak seperti ini. Ada apa gerangan?", tanyaku.
"Saya puasa hari ini. Kebetulan sebentar jam 8 saya dan Pak ARB bertemu pak wapres", pungkas Pak Idrus.
Ada dua poin. Pertama, Idrus Marham menyempatkan buka puasa sebelum bertemu wapres. Bisa saja rumah dinas wapres menyediakan makan malam. Namun, Pak Idrus mungkin ingin lebih leluasa buka puasa, tanpa harus menanti makan malam yang canggung di dalam rumah dinas. Sisi lain dari politisi, yang terbiasa makan mahal, bersih, dan jauh dari polusi.
Poin kedua, informasi Pak Idrus ini bisa jadi berita. Benar saja, obrolanku ini dimuat salah satu portal berita yang masih satu kelompok perusahaan dengan kantorku.
Berkat Sate Padang Sunda Kelapa. Dapat sisi lain politisi beringin, sekaligus informasi bernilai berita.
No comments:
Post a Comment