Thursday, October 8, 2015

Perdana Berobat di Kampus

Warga Negara Indonesia yang ingin mendapatkan visa United Kingdom (selanjutnya saya sebut Britania Raya), harus membayar IHS (Immigration Health Surcharge). Peraturan ini berlaku sejak April 2015. Saya sendiri membayar $360 untuk IHS fee 12 bulan, sesuai dengan durasi visa.

Dengan IHS, pemegang visa UK bisa mendapatkan fasilitas NHS (National Health Service). NHS ini adalah fasilitas bagi penduduk Britania Raya yakni pelayanan kesehatan gratiss tis tiss. *karena sudah bayar IHS seperti yg saya jelaskan di atas*.

Ke-gratisan pelayanan kesehatan di UK juga punya pengecualian. NHS tidak mencakup pengobatan gigi dan mata. 
Di luar itu, sakit jantung, kanker, biaya melahirkan, sudah dicover oleh NHS. 

Nah, hari ini (Kamis, 8/10/15), saya mencoba "menikmati" fasilitas ini. Sebenarnya kondisi saya "tidak sakit - sakit amat'. Hanya saja, 3 pekan belakangan, hidung saya sering berdarah. Bukan mimisan, tapi berdarah sedikit - sedikit. 

Selasa lalu, saya dan Maya ceritanya mau buat janji alias appointment dengan GP (General Practitioner - dokter umum). Menghadap lah kami ke resepsionis. Resepsionis menawarkan untuk appointment sore itu juga. Padahal, kami ingin appointment  di hari kamis nanti. Ternayata, sistem pengobatan di Barclay Medical Practitioner (nama klinik di kampus) adalah on the day appointment. Datang hari itu, dilayani hari itu. 

Akhirnya hari kamis pagi, kami datang lagi ke Barclay yang letaknya di Fraser Building, di sebelah perpus UoG. Baru jam 9.30 pagi, tapi sudah ramai orang - orang mengantri untuk berobat. Kami ke resepsionis lalu diberitahu kalau kami baru akan ditemui dokter pada pukul 11. Okey, sebenarnya ini bukanlah penantian yang lama. 

Saat menunggu, kami ketemu juga mahasiswa S3 dari Indonesia. Istrinya tiba - tiba sakit perut parah. Akhirnya, setelah bertemu GP, istrinya dirujuk ke rumah sakit.

----------------------------------------------

Antrean mulai teratasi saat jam menunjukkan jam 11,
di Barclay Medical Practice, Fraser Building, University of Glasgow. 
Pasien yang sudah mendaftar akan dipanggil untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Yang memanggil bukan suster. Melainkan langsung GP-nya. Kami pikir, perempuan - perempuan muda nan modis yang memanggil nama pasien adalah suster. Saya sendiri juga baru tahu, saat nama saya dipanggil, jam 11.15. Saat masuk ke ruangan pemeriksaan, ternyata tidak ada orang lain, selain perempuan muda yang memanggil saya di ruang tunggu. 

Mbak GP sangat ramah dan menanyakan apa keluhan terkait kesehatan saya. Saya jelaskanlah problem di hidung saya yang biasa sedikit berdarah. Saya ceritakan juga, kalau kuliah saya rata - rata jam 9 pagi. Sehingga saya selalu jalan ke kampus di kala pagi yang foggy. Mbak GP lalu meraih alat semacam kamera yang punya selang, lalu menyuruh saya menengadah. Kesimpulannya, saya tidak punya polip atau benda - benda mencurigakan lain di dalam hidung. 

Print out resep dari GP.
Menurut Mbak GP, saya mengalami alergi udara. Sehingga mukosa di dinding hidung saya semacam iritasi. Saya pun diresepkan semprotan hidung, dan digunakan sampai dengan 2 minggu. Semprotan ini mengandung steroid yang bisa menetralkan udara dingin yang masuk ke hidung. Begitulah kira - kira penjelasan dari Mbak GP yang cantik. 

Resep dan cerita saya soal penyakit ini semuanya diketik ke komputer. Sebelum menyudahi sesi ini, Mbak GP memberi print out resep yang bisa saya tebus di apotek klinik Barclay ini, atau di toko obat Boots di Byres Road. Saya tidak bayar biaya obat. 


Begitupun dengan pasien lain yang mengantre untuk mendapat resep mereka. Saat datang ke Boots, sudah ada 3 orang di depan saya yang mengantre. Saya menunggu sekitar 10 menit, baru bisa menyetor copy resep ke resepsionis. Selang 5 menit kemudian, resepsionis memanggil nama "Miss Armanita", yang berarti adalah namaku. 

Resepsionis mengonfirmasi alamat rumahku, lalu memasukkan obat ke dalam kemasan kertas, lalu menempelkan label yang berisi nama, alamat, tanggal resep, dan outlet yang mengeluarkan obat.



Di Britania Raya, GP adalah pintu pertama untuk berobat. Kalau menurut GP penyakit pasien sudah pada tingkat serius, GP akan mengeskalasi dengan merujuk ke dokter spesialis. Kita tidak bisa langsung memilih dokter spesialis atau ke rumah sakit, kecuali pada keadaan emergency. 

Inilah sebabnya, sesakit apapun pasien, selama fungsi vitalnya masih berjalan dan tidak mengalami pendarahan parah, harus mengantri di GP. GP akhirnya menjadi filter agar pasien di rumah sakit adalah mereka yang benar - benar butuh penanganan serius. 

Obat dari GP. Nasal Spray untuk mengatasi alergi udara
Demikian pengalaman saya berobat dengan NHS dan pertemuan perdana dengan GP. Semoga jadi yang terakhir. :) 



No comments: