Perpustakaan kampus,, hmm kurang dari 5 kali selama 3.8 tahun kuliah.
Perpustakaan fakultas, hmm baru intens saat semester akhir. Sekitar 3 kali seminggu lah. Terutama saat semester akhir, perpustakaan Fakultas Hukum Unhas dibenahi. Mahasiswa boleh melantai, karena ada karpet dan meja pendek disediakan.
Lalu kini, saat mengenyam kuliah S2, seberapa seringkah saya akan ke perpustakaan?
Oke, mari kita mulai cerita atau lebih tepatnya kesan saya sebagai mahasiswa baru, terhadap Glasgow University Library.
Jadi, perpustakaan di UoG (University of Glasgow) ada 12 lantai. Di sini diistilahkan Level. Level 1 - 12. Tidak tahu saya di mana level 1nya perpus UoG ini. Sedari menginjakkan kaki di Glasgow, saya, dan mahasiswa baru lainnya, cuma kenal Level 3 sebagai lantai paling dasar. Setelah googling, ternyata Level 2 itu nyata adanya. Hanya saja, saat ini sedang direnovasi. Still... there is no explanation about whether Level 1 is existing or not.
Sejauh ini, favorit saya adalah Library Level 3. Diskusi, makan minum, menelpon, diperbolehkan. Tersedia juga ruang lingkaran hijau, sofa merah, sofa hitam, dan tempat duduk di meja bar dekat Cafe. Level 3 juga menyediakan High Demand Collection. Kalau di program saya, contoh bukunya adalah Media Economics karya Prof Gillian Doyle. Buku ini jadi buku wajib untuk semester satu. Buku - buku high demand ini cuma boleh dipinjam antara 4 hingga 24 jam. Kalau terlambat kembalikan, akan ada charge.
Sejauh ini, duduk di sofa merah adalah kemewahan. Mau datang pagi, siang sore, malam, sofa merah ini pasti sudah berpenghuni. Tapi suatu waktu, tepatnya 3 hari lalu, saya berhasil juga duduk di sofa merah. Kenapa sih begitu mewah si sofa merah ini?
1. Ada sofa merah kece nan empuk berhadapan, dengan meja di tengahnya.
2. Ada colokan
3. Bikin betah duduk lama - lama, untuk browsing ataupun baca buku.
Saya dan Maya di Sofa Merah. Kami duduk dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore. |
Oh ya, perpus UoG buka setiap hari. Saat menulis blog ini, Minggu 4 Oktober 2015, saya sedang di perpustakaan. Saya pikir tak akan ramai lah perpustakaan di hari minggu. Ternyata dugaan saya salah. Di Level 3, sudah banyak sekali mahasiswa. Jangankan sofa merah, bilik - bilik bersekat yang masing - masing ada PC-nya, juga sudah ramai sekali.
Karena tidak dapat tempat yang representatif, akhirnya saya duduk di Sofa Lingkaran Hijau seperti foto di bawah ini. Saat saya tiba, sudah ada 4 mahasiswa lain, dan bertambah banyak. Ternyata mereka janjian untuk diskusi kelompok.
Ini kali kedua saya dapat tempat di sofa lingkaran hijau. Kali pertama, saya dan 7 orang teman "menguasai" titik ini untuk menyiapkan brosur Palapa Project. Kami bertahan di sofa hijau dari jam 10 hingga jam 12 malam. Sampai akhirnya ada pengumuman bahwa perpustakaan akan ditutup.
Sofa Lingkaran Hijau. Cocok untuk diskusi kelompok. |
Meanwhile, Karena hari ini sofa lingkaran hijau semakin ramai oleh mahasiswa lain yang ingin diskusi, pilihan saya tinggal dua. Tetap bertahan dan poker face, atau mencari tempat lain dan berlama - lama menghabiskan hari minggu ini di perpus. Saya menjalani opsi kedua.
Kebetulan, Winny datang, dan memberi Sambal ABC titipan saya, yang dibelinya di supermarket Asia di City Centre.
Mumpung ada Winny, saya punya kesempatan pindah tempat. Saya mencabut colokan laptop, berjalan beberapa langkah dan bertemu Ucha, rekan Indonesia lainnya di UoG. Saya menyapa, basa - basi sebentar, lalu mentipkan tas saya. Saatnya kita survey tempat yang cocok untuk ngetem. Saya naik tangga ke level 4. Oke, ada dua spot dengan colokan. Lalu, saya memilih level 4 sebelah luar, seperti di foto. Di sini, diskusi, menelpon, dan makan minum diperbolehkan. Perfect..!
Meja - meja bundar di Level 4 sebelah luar. |
Perpus UoG nampaknya memang dirancang agar mahasiswa betah dari pagi hingga malam di sini. Semakin ke atas (level 5 dan seterusnya), semakin ketat aturannya. Tidak boleh berbincang, menelpon, dan mengonsumsi hot food/drink. Akan ada sekuriti yang mengecek apakah mahasiswa mematuhi aturan ini atau tidak.
Koleksi buku. Hmmm.. ribuan, puluhan ribu, mungkin ratusan ribu. Selain buku dalam format cetak, ada juga koleksi e-book dan artikel online yang bisa diakses dengan student ID kita. Perpus juga menyediakan hampir 500 PC (personal computer). Memang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa UoG yang mencapai lebih dari 20 ribu orang. Tapi, komputer pribadi, mestinya jadi senjata yang wajib dimiliki mahasiswa di zaman sekarang.
Koleksi buku. Hmmm.. ribuan, puluhan ribu, mungkin ratusan ribu. Selain buku dalam format cetak, ada juga koleksi e-book dan artikel online yang bisa diakses dengan student ID kita. Perpus juga menyediakan hampir 500 PC (personal computer). Memang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa UoG yang mencapai lebih dari 20 ribu orang. Tapi, komputer pribadi, mestinya jadi senjata yang wajib dimiliki mahasiswa di zaman sekarang.
Oh ya, untuk mengakses perpus, mahasiswa tidak butuh kartu perpus. Kartu mahasiswa alias student ID juga berfungsi sebagai kartu perpus.
Di pintu masuk perpus, kita diminta menunjukkan student ID. Bapak - bapak sekuriti pun akan memerhatikan (kadang sekilas, kadang teliti), lalu mengucapkan terimakasih.
Suatu waktu, saya "memasukkan" teman saya dari Lancaster. Kami sudah deg - degan, apakah si teman ini boleh masuk. Ternyata boleh. Bapak sekuriti menjelaskan "As long as you can show your student ID, you allowed to access this library. All the UK student can have access in Glasgow University Library...". Wah canggih..!!
Bagaimana dengan wifi?
Mahasiswa di UoG, dan bahkan mahasiswa di seantero UK, bisa mengakses wifi yang disediakan Eduroam. Saat mengakses pertama kali, kita diminta mengisi alamat email dari kampus, dan password. Sama dengan username & password kita untuk mengakses Student Portal. Wifi ini akan selalu aktif selama kita ada di area kampus. Meskipun kita menyeberang ke bangunan berbeda, wifi ini otomatis. Soal wifi speed? Hmm.. saya kurang tahu detail yang satu ini. Yang pasti, untuk nonton video di Youtube, kita tidak akan mengalami buffering. Streaming pun lancar jayaaaaaa..
Bagaimana dengan wifi?
Mahasiswa di UoG, dan bahkan mahasiswa di seantero UK, bisa mengakses wifi yang disediakan Eduroam. Saat mengakses pertama kali, kita diminta mengisi alamat email dari kampus, dan password. Sama dengan username & password kita untuk mengakses Student Portal. Wifi ini akan selalu aktif selama kita ada di area kampus. Meskipun kita menyeberang ke bangunan berbeda, wifi ini otomatis. Soal wifi speed? Hmm.. saya kurang tahu detail yang satu ini. Yang pasti, untuk nonton video di Youtube, kita tidak akan mengalami buffering. Streaming pun lancar jayaaaaaa..
Oh iya, eduroam ini "terpasang" di seantero kampus di Britania Raya. Jadi, teman saya dari Southampton, Manchester, London, bisa mengakses wifi gratis di kampus - kampus di Glasgow. Ini sudah terbukti. Saat helatan Palapa Project tengah September lalu, rekan - rekan PPI UK bisa mengakses Eduroam di UoG.
**edited: wifi Eduroam bisa diakses di seluruh kampus di seluruh dunia yang bekerja sama dengan Eduroam. (klik di sini untuk jalan2 ke website Eduroam)
Bagaimana dengan makanan?
Terus terang, saya belum pernah jajan kopi atau sandwhich di perpus. Cuma pernah (di)belikan cemilan oleh Maya. Ceritanya nitip. Harganya relatif sama dengan minimarket lain. Chips dan kacang - kacangan dijual dibawah 1 pound. Di level 4, juga ada snack machine. Ada chips dan minuman ringan. Harganya juga sama dengan minimarket semacam Tesco, Sainsbury, dsb. Canggihnya lagi, mesin ini bisa memberi kita kembalian. Tapi, snack machine hanya terima uang koin. Lumayan lah. Kalau di Indonesia, nampaknya saya dan Anda masih belum familiar dengan mesin semacam ini. Takut error. Uang sudah masuk, ternyata minuman tidak keluar. Hahah
Bagaimana dengan toilet?
Tiap lantai tersedia toilet. Ada sekitar 5 - 10 bilik toilet di tiap lantai. Pada umumnya toilet bersih. Tapi, khusus toilet Level 3, hampir pasti kita harus antri. Apalagi saat weekdays.
Bagaimana temperatur?
Yang ini juga good news. Temperatur di dalam perpus relatif lebih hangat daripada udara luar. Terutama, melindungi kita dari angin dingin Glasgow yang centil. Jadi, bisalah lepas - lepas jaket atau coat saat sudah masuk di perpus.
Jadi, kurang apa lagi lah perpus ini dalam menyokong kehidupan akademik (dan bahkan non akademik) bagi mahasiswa UoG. Seperti cerita di paragraf paling awal. Saya bukanlah anak perpus saat kuliah S1 dulu. Bukannya malas membaca atau diskusi. Tapi, lebih ke soal "Perpus bukanlah tempat yang tepat". Refleksi ini disertai harapan, agar sarana pendidikan seperti perpustakaan di Indonesia bisa lebih dedikatif - tidak usah canggih atau mewah - dalam rangka mendorong budaya literasi bagi mahasiswa.
Library in Indonesia also has to be a cool place for student to spend their free time.
**edited: wifi Eduroam bisa diakses di seluruh kampus di seluruh dunia yang bekerja sama dengan Eduroam. (klik di sini untuk jalan2 ke website Eduroam)
Bagaimana dengan makanan?
Terus terang, saya belum pernah jajan kopi atau sandwhich di perpus. Cuma pernah (di)belikan cemilan oleh Maya. Ceritanya nitip. Harganya relatif sama dengan minimarket lain. Chips dan kacang - kacangan dijual dibawah 1 pound. Di level 4, juga ada snack machine. Ada chips dan minuman ringan. Harganya juga sama dengan minimarket semacam Tesco, Sainsbury, dsb. Canggihnya lagi, mesin ini bisa memberi kita kembalian. Tapi, snack machine hanya terima uang koin. Lumayan lah. Kalau di Indonesia, nampaknya saya dan Anda masih belum familiar dengan mesin semacam ini. Takut error. Uang sudah masuk, ternyata minuman tidak keluar. Hahah
Bagaimana dengan toilet?
Tiap lantai tersedia toilet. Ada sekitar 5 - 10 bilik toilet di tiap lantai. Pada umumnya toilet bersih. Tapi, khusus toilet Level 3, hampir pasti kita harus antri. Apalagi saat weekdays.
Bagaimana temperatur?
Yang ini juga good news. Temperatur di dalam perpus relatif lebih hangat daripada udara luar. Terutama, melindungi kita dari angin dingin Glasgow yang centil. Jadi, bisalah lepas - lepas jaket atau coat saat sudah masuk di perpus.
Jadi, kurang apa lagi lah perpus ini dalam menyokong kehidupan akademik (dan bahkan non akademik) bagi mahasiswa UoG. Seperti cerita di paragraf paling awal. Saya bukanlah anak perpus saat kuliah S1 dulu. Bukannya malas membaca atau diskusi. Tapi, lebih ke soal "Perpus bukanlah tempat yang tepat". Refleksi ini disertai harapan, agar sarana pendidikan seperti perpustakaan di Indonesia bisa lebih dedikatif - tidak usah canggih atau mewah - dalam rangka mendorong budaya literasi bagi mahasiswa.
Library in Indonesia also has to be a cool place for student to spend their free time.
6 comments:
Dan tempat sholat juga ada di library :) *waah tempat merah itu emang inceran semua orang. Aku belum pernah dapat, nggak sering juga sih ke perpus..karatan jadi anak lab hiks :D
@Mbak Siwi: Tempat shalatnya tapi masih nampak belum establish mba. Smoga segera. hehe
Once in a lifetime harus nyoba mbak sofa merahnya. ahahaha
Mba Okky, fyi. Eduroam is available on any participating universities across the globe. :)
@mas chris: waww oke. thanks infonya kakak. I'll update my post.
Woow tempat yang asik banget...cobaa aja ada di sini, bisa riset tenang buat bikin naskah balik liputan ;)
@Frisca: smoga ya nanti ada macam gini di kantor ;)
Post a Comment