Sesuai perkiraan Google Map, kami akan tiba sekitar jam 12 tengah malam di Glasgow. Dengan sisa - sisa tenaga yang ada dan bantuan 1 gelas latte yang saya beli di Starbucks dekat York Cathedral, kami melaju. Tiga mobil rombongan kami jalan masing - masing.
Setelah jalur A59 kami libas dengan waktu sekitar 30 menit, kami lalu masuk ke A1. Baru 10 menit melaju, tiba - tiba ada rambu di depan, kalau jalur dialuhkan karena perbaikan jalan. Waduh, gimana ceritanya ini...
Ada juga rambu yang bertuliskan 'Follow the X'. Kami tidak menghiraukan rambu tersebut dan tetap mengikuti arahan dari GPS di mobil. Saya meminta bantuan Mas Asra selakuu 'navigator' saya untuk membuka ponsel saya, karena sebelumnya saya sudah menyetting Google Maps untuk mengarahkan kami ke Glasgow. Duh, Google Maps juga mensugestikan jalur yang sama dengan GPS di mobil.
Kami ternyata kembali lagi ke jalur A1 north. Lalu kesempatan kedua ini, kami mengikuti perintah untuk 'Follow the X'. Tanda X kami ikuti tapi setelah mengemudi selama kurang lebih 20 menit, kami kembali ke titik yang sama. Gawat.
Mas Asra pun mencari alternatif lain. Lalu, kami diarahkan oleh Google Maps ke jalur A61. Dari titik terakhir ke A61, kami lewat jalan kecil. Tidak ada lampu sama sekali. Jalur ini hanya muat 2 mobil dan aspalnya pun tidak terlampau mulus. Yap, kami berhasil mendapat jalan besar yang dimaksud, A 61. Kami ikut lagi arahan Google Maps dan mencoba kembali ke lajur A1 yang belakangan kami sadari adalah jalan poros yang begitu berperan untuk transportasi dari York ke arah Skotlandia.
Setelah ikut arahan Google Maps, kami kembali ke roundabout yang sama. Mulailah kami panik. Kang Yudi menelpon ke ponsel saya yang diangkat oleh Mas Asra sang navigator. Rombongan mereka juga ternyata bernasib sama dengan kami. Hanya rombongan Mas Osa yang berhasil menemukan jalan keluar dari 'lingkaran setan' A1. Kami pun diarahkan untuk berkumpul ke pom bensin Shell di daerah Thirsk untuk membicarakan exit plan karena roadworks di jalur A1.
'Kita bisa aja lewat Newcastle untuk sampai ke Glasgow', kata Mas Asra meniru ucapan Mas Basid, navigator di mobil Mas Osa.
'Kita bisa aja lewat Newcastle untuk sampai ke Glasgow', kata Mas Asra meniru ucapan Mas Basid, navigator di mobil Mas Osa.
OMG, sejauh itu kah perjalanan yang harus kita tempuh..... Newcastle ke Glasgow, setahu saya, ditempuh 4 jam naik bus. Fiuh...
Bercampur lelah dan panik, saya masuk ke minimarket yang memang selalu ada di tiap pom bensin di sini. Ke toilet dulu yang utama, pikirku. Meski latte ku belum habis, saya disarankan untuk beli kopi lagi. Saya akhirnya nurut, dan beli satu cup cappuccino dari mesin milik Costa di minimarket tersebut.
Bercampur lelah dan panik, saya masuk ke minimarket yang memang selalu ada di tiap pom bensin di sini. Ke toilet dulu yang utama, pikirku. Meski latte ku belum habis, saya disarankan untuk beli kopi lagi. Saya akhirnya nurut, dan beli satu cup cappuccino dari mesin milik Costa di minimarket tersebut.
Berdasarkan informasi dari mas - mas di pom bensin, kami harus jalan agak ke timur ke Darlington. Harapannya, A1 yang di Darlington sudah bisa dilalui karena pengerjaan jalan hanya di A1 York saja. Perjalanan dari Thirsk ke Darlington tidak terlalu lama, sekitar 40 menit saja. Dan ternyata benar, A1 dari Darlington sudah bisa diakses. Dengan demikian, kami 'tinggal' menempuh 173 miles atau 248 kilometer lagi untuk tiba di Glasgow.
Mental yang terkuras dan energi yang menipis membuat saya tidak sanggup lagi memacu mobil dengan kecepatan maksimal 70 miles/hour. Bahkan, seringkali saya harus menyalakan lampu dim karena penglihatan saya sudah kabur. Sekitar satu jam dari Darlington, Navigator Mas Osa menelpon Mas Asra. Rombongan mereka ingin singgah karena Mas Osa ingin istirahat sejenak. Rombongan saya bisa tetap jalan kalau masih sanggup. Awalnya saya masih sanggup, tapi lalu saya koreksi, dan menyatakan akan ikut berhenti.
Di sebuah pom bensin yang sudah tutup, mobil kami dan Mas Osa berhenti. Mas Osa, yang mobilnya mengikuti saya dari belakang sejak dari Darlington, menyampaikan kalau cara menyetir saya sudah tidak beres. "Kamu itu kecepatan mobilnya sudah tidak stabil. Beberapa kali saya lihat juga lampu rem menyala tidak beraturan. Kamu sering sekali mengerem", kata mas Osa.
Saya akhirnya dikasi kesempatan untuk tidur dulu 20 menit. Saat itu, jantung saya berdebar. Adrenalin saya ada. Tapi saya luar biasa ngantuk. Setelah 20 menit memejamkan mata (dan bahkan sempat bermimpi saking nyenyaknya), saya keluar mobil dan menghampiri para navigator dan mas Osa sendiri. Mereka bertahan 20 menit ngobrol di luar mobil dengan kondisi temperatur 6 derajat.
Setelah menyatakan siap, kami kembali memacu mobil. Ya ampun, masih lebih 100 miles lagi untuk tiba di rumah. Membayangkannya pun aku tak sanggup. Beruntung, navigator saya, Mas Asra, sangat suportif. Saya dipancing ngobrol dengan pertanyaan - pertanyaan serius. Saya ceritakan bab - bab kehidupan saya menjadi wartawan. Kami bahkan berdebat tentang karut marut Indonesia. Apa banget deh pokoknya obrolan kami malam itu. Asal saya tidak ngantuk saja katanya.
Teh Iim, istri Mas Asra, juga sangat supportif. Diberikannya padaku ring demi ring makanan ringan rasa keju yang biasa dijual di Tesco. Hmm gurihnya. Dalam kondisi normal, saya tidak akan mengunyah chiki ini. Tapi yasudahlah, yang penting tidak ngantuk, sekali lagi.
Dari pemberhentian terakhir, saya juga belajar mengemudi yang patut di malam hari. Saya tak lagi menyalakan lampu dim untuk melihat jalan di depan. Karena tidak ada sama sekali lampu jalan, saya mengandalkan pantulan dari stiker - stiker scotlight.
Yang saya ingat, karena saya sudah sangat ngantuk dan capek, saya hanya berpatokan pada garis putih di jalanan. Saya bahkan tidak bisa lagi membedakan lajur apa yang diambil mobil - mobil truk di depan saya. Apakah mereka di lajur tengah atau lajur paling kiri. Saya hanya mampu menyetir dengan maksimum kecepatan 50 miles/hour dan sesekali di 60 miles/hour. Bandingkan saat perjalanan dari Glasgow ke Manchester saat saya masih segar - segarnya. GPS selalu membunyikan peringatan karena laju mobil lebih dari 70 miles/hour.
Sekitar 50 mil lagi menjelang Glasgow, rombongan Mas Osa memberitahu untuk kembali berhenti. Ah, syukurlah. Namun ternyata rest area terdekat harus ditempuh dengan berbelok ke daerah lain. Karena takut salah arah, kami putuskan tidak singgah. Sampai akhirnya jelang 30 miles ke Glasgow, ada rest area. Kami memutuskan singgah dan mengisi bahan bakar.
Saya turun dari mobil untuk menuju toilet. Orang - orang melihatku dengan prihatin. Ya ampun, berat sekali kepalaku. Jalanku pun sempoyongan seperti remaja mabuk. Saat membuka pintu minimarket pun saya sempat sedikit menabrak pernak - pernik sebesar angklung yang diletakkan di dekat pintu. Hahaha
Pemandangan di Checkpoint terakhir. I felt like going to lose my consciousness :D |
'Ayo ky, 30 miles lagi !!!', kata Mas Asra menyemangati. Aha... akhirnya 100 miles lebih yang berat itu berhasil juga terlewati.
Saat di persimpangan, saya ternyata 'berulah'. Saya masuk ke lajur menuju Edinbrugh dan bukannya menuju lajur ke Glasgow. Hahahaha .
Untungnya di depan, ada lajur keluar dan bisa kembali ke arah Glasgow. Fiuhhhh
Untungnya di depan, ada lajur keluar dan bisa kembali ke arah Glasgow. Fiuhhhh
Seisi mobil terharu saat melihat papan penunjuk jalan 'Glasgow City Centre'. Sedikit lagi......
Oh iya, mobil saya berisi Mas Asra dan istrinya Teh Iim, serta Qiel dan Bian, masing - masing berusia 4 dan 2 tahun. Ya ampun, besar sekali tanggung jawabku ini. Ini akan menjadi sejarah saat saya benar - benar memarkirkan kendaraan di Grafton, titik kumpul kami di Glasgow.
Akhirnya, kami keluar dari highway dan masuk ke Cathedral Street, sekitar 5 menit lagi kami tiba di Grafton. Kami disambut hujan rintik - rintik. Alhamdulillah terparkir juga mobil Fiesta putih yang kami juluki mobil Koka ini. Ibarat menang rally, saya dipeluk Maya setelah keluar dari kemudi. Hahahaha.
Senyum mengembang di wajah semua orang. We made it!.
Senyum mengembang di wajah semua orang. We made it!.
Setelah saya hitung - hitung, selama tanggal 2 hingga 4 April 2016, saya sudah mengemudi 671 miles alias 1079 kilometer!
Glasgow - Ashton Mosque Manchester : 221 miles
Ashton Mosque - Albert Dock Liverpool: 41 miles
Albert Dock - Travelodge Oldham: 41 miles
Travelodge Oldham - Old Trafford: 9 miles
Old Trafford - Ladybower Reservoir: 38 miles
Ladybower Reservoir - Edensor: 12 miles
Edensor - York Minister: 81 miles
York Minister - Darlington: 55 miles
Darlington - Glasgow: 173 miles
**belum termasuk muter - muter 3 kali dalam rangka 'Follow The X' di jalur A1. hehehe
Meskipun saya mengantuk, kenapa saya tidak gantian menyetir?
Penjelasannya ada di artikel: Menyewa mobil di Britania Raya.
Penjelasannya ada di artikel: Menyewa mobil di Britania Raya.
No comments:
Post a Comment