Tuesday, March 6, 2012

Meratapi Nasib di Bandara

Bandara Makassar, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, adalah bandara paling futuristik se Indonesia. Ia juga bandara paling kece nomor 3 di Indonesia. Setidaknya itulah isi spanduk persegi panjang persembahan Angkasa Pura. Saya menghabiskan hampir 1 jam dari kampus Unhas, untuk mencapai Bandara kebanggaan Makassar ini, yang memang terletak hampir di luar kota.

Saya sudah sangat bosan untuk melihat sekeliling. Bahan bacaan yang tersisa hanyalah buku Hukum Kontrak berwana hitam karya dosen saya sendiri, Prof. Ahmadi Miru dan istrinya Ibu Sakka Pati S.H. Nah, kenapa saya di Bandara?

Saya di bandara dalam rangka mengejar tanda tangan Pembantu Dekan I, demi kepentingan administrasi menuju ujian proposal dan akan bermuara pada ujian skrispi. Sebelum kita dibolehkan menulis proposal, terlebih dahulu ada beberapa form tetek bengek dengan beragam tanda tangan sebagai kunci kita untuk mendapatkan pembimbing, penguji, dan seterusnya.

Malang bagi saya. Sudah menunggu 1 jam, ternyata Pak PD I tidak juga menampakkan batang hidungnya. Rupanya ia hanya transit di ruang tunggu dan langsung menunggu pesawat berikutnya menuju Gorontalo. Berikut foto yang sengaja saya potret menggunakan kamera ponsel, dalam perjalanan ke pintu keluar bandara, dengan perasaan yang sangat kecewa tentunya.

No comments: