Wednesday, September 23, 2015

Why iPhone Whyyyyy

Hari ini berjalan sangat kurang baik. Usai berberes dapur dan kamar, tiba saatnya membaca buku (biar terasa hawa akademiknya). Namanya distraksi, bentuknya bisa apa saja, dan datang tanpa dinyana. Jadilah, saya buka iphone, liat - liat chat, oke semua sudah dibaca. Mulai dari whatsapp, line, imessage, email, instagram, path, oke sudah semuanya. 

Main - main lah saya ke menu setting, lalu membuka software update. Saya bukan tipikal yang aware  dan selalu ingin jadi yang terdepan dalam hal mengupdate software. Ini berlaku untuk semua device Apple saya. Tapi entah kenapa, ingin rasanya iphone hasil tabungan sendiri ini ku-update dengan sistem operasi teranyar dari Apple yang namanya iOS 9. 

Update software berlangsung cepat. Tak lama kemudian, iphone saya restart otomatis. Saat menyala, ada semacam basa - basi bawha upgrade software yang saya lakukan sudah berhasil. Tapi masih ada langkah - langkah lagi yang dituliskan sebagai few step oleh si Apple ini. 

Sejurus kemudian, muncul tulisan "Hello" warna hitam dengan latar belakang layar putih. 

Masalah baru muncul setelah "Hello" ini muncul. Di iphone saya lalu tertulis "Swipe to Upgrade", ku geser lah layar sebelah bawah dengan jempol. Seperti biasa jika saya hendak membuka kunci ponsel pintar ini. Walah, ternyata iphone saya malah tidak merespons. satu - satunya tombol yang berfungsi adalah tombol kunci di sebelah kanan atas. Saya coba restart beberapa kali, tidak bisa. 

Oke, pasti ada solusinya di internet. Mulailah saya ngetwit dengan hashtag #ios9. Ternyata tagar ini di twitter sudah ramai. Hampir semuanya berisi kritik terhadap iOS 9. Dan ada pula yang senasib dengan saya. Setelah berselancar beberapa saat, saya masuk ke artikel di sebuah blog. Artikel ini sangat update. Ditulis tanggal 20 September, yang artinya kemarin. Oh, kemarin pun sudah ada problem seperti ini rupanya. Sayapun mengikuti langkah - langkah sesuai artikel ini. Tapi, tidak berhasil. Kendalanya adalah, saya tidak bisa me-restore settingan saya, karena aplikasi Find my iPhone. Nah, aplikasi ini bahkan tidak bisa dimatikan dari iCloud melainkan harus dari ponsel. Bagaimana lah saya matikan aplikasi ini, sementara ponsel saya juga mati. 

Siang berganti malam, sudah 3 cara saya coba, namun belum berhasil. Saya mencari - cari lagi di website resmi Apple Support. Saya bahkan sign up agar bisa menjadi member sehingga bisa ikut berkomentar dalam diskusi soal produk Apple. 


Di portal inipun, ternyata banyak sekali yang senasib dengan saya. Agak melegakan sih. Tapi tetap saja frustasi. Bagaimanapun, ponsel ini adalah bagian dari keseharian saya. Bagian dari interaksi. Sama terganggunya lah jika kita sedang sakit tenggorokan, sulit berinteraksi. Juga misalnya sakit mata, sulit berinteraksi. 

Oke, jadi, saya anggap ini musibah lah yah. Saya juga merasa kualat karena sempat merendahkan teknologi Apple. hahaha. Kok jadi saya yang merasa bersalah ya. Iya, jadi ceritanya, kemarin malam saat bertandang ke kampus University of Strathclyde, saya dan seorang lain yang namanya Maya, melihat pemandangan apik. Gedung tua, lampu, langit, bintang, awan hitam - besatu padu membentuk gambaran yang indah - yang tentu tak ingin kami lewatkan untuk diabadikan. 

Maya dan saya punya iphone jenis yang sama. Awalnya, saya enggan memotret. Biasalah, saat masih "hangat" dengan kamera baru, pasti ada rasa enggan memotret dengan alat yang lebih "rendah kastanya". Ya, di titik inilah saya merasa kualat dengan iphone ini. 

Merunut kembali waktu yang telah terlewati, iphone ini bisa dibilang jadi bagian dari masa - masa menentukan dalam hidup saya, sampai saya menjadi seperti saat saya mengetik tulisan ini. Umur iphone ini sudah 2 tahun, kira - kira. I always wanted an iphone, back then. So, I did saving my salary to buy it, and I'm proud of it. Hahaha, maklum, gaji saya belum sampai kalau beli barang ini tanpa menabung dulu. 

iphone ini juga sudah keliling Indonesia bersama saya. Pernah pula ke Malaysia dan Singapura, jadi saksi saya berkumpul bersama keluarga, utuh. Di masa - masa sulit, dinamika pekerjaan, percintaan, pertemanan, iphone ini juga saksinya. Barangkali, kalau iphone ini bisa bicara, dia bisa memberi testimoni, sugesti, atau apapun itu. 

Faktanya, sekarang dia diam membisu. Bersama dengan - mungkin - ribuan atau ratusan ribu iphone lainnya di seluruh dunia. Dengan pemilik - pemilik lainnya yang juga putus asa, karena tak kunjung ada solusi "canggih" dari perusahaan sekelas Apple Inc. Andai iphone bisa bicara.... Oke, yang ini tidak nyambung. Hahahaa..

Jadi, besok pagi, saya kemungkinan akan bertemu teman - teman baru di Apple Store, di City Centre. 
Selamat istirahat, my iphone. Stay with me. 

No comments: